Last Best Quotes

Last Best Quotes : "A professional proven when everythings were out of plan"

Wednesday 10 December 2014

Some Pets Behind Reality

Hello guys, I am Rio from indonesia, a republic country from khatulistiwa, one of some country that be a part of the World's Heart with its big original tropical forest. I am a turtle lovers, love terrapin and tortoise but I want to make sure I can feed and preserve many kind of turtle before.

Uno: My first Red Ear Slider

I have two turtle, the one is 10cm+ Read Ear Slider(her name is Uno) and the one is 5cm+ Common Snapping Turtle(Game). I bought the RES a year ago, and I bought the next small CST six months ago. But, the CST was died a few days ago. So, decided to bought the other turtles again. And i got 3 unique overscute Red Ear Slider in 3cm++ length of Carapace, maybe i will describe them in the next post. I has a princip that we can do the right things from "Preserve with hobby". I hope that many turtle lovers could care many kind of turtle and tortoise from many parts of our world and we could live peacefully together with the other living things like Turtle.

I hope that I could have much time to share about my turtles. Altough I am a new turtle lovers, it doesn't mean I dont have any experience. I have through many problem and happiness from caring my turtles. I hope I can share my turtle picts next time, and my problems with my solutions too. Happy caring turtle guys!!

Wednesday 5 November 2014

Jalan Iblis Si Kerdil Jawa Tengah

Gunung Ungaran, adalah salah satu dari sekian banyak gunung yang berada di Jawa Tengah. Gunung ini terletak di Kabupaten Ungaran, Jawa Tengah, tepatnya dari jalan Yogyakarta - Semarang ambil kiri arah Bandungan. Akses untuk menuju ke Basecamp disana cukup mudah jika menggunakan kendaraan pribadi. Maksudnya disini jalannya tidak terlalu ekstrim dibandingkan naik ke Gunung lainnya. Namun, untuk kendaraan umum, sepertinya sedikit jarang, atau saya kurang melihat situasi sekitar saat itu. Jalur untuk menuju puncak di Gunung Ungaran bermacam - macam. Dari Pos Mawar(Basecamp) sendiri sudah ada 3 jalur. Gunung ini bisa dibilang kerdil karena dibanding gunung - gunung lainnya, gunung ini adalah yang paling pendek yaitu 2050mdpl. Padahal gunung lain disekitarnya lebih tinggi seperti Gunung Perahu (2500+), Gunung Merapi (2800++), dan Gunung - gunung lain diatas 3000 mdpl.


Lanjut ke Catatan Perjalanan,
Dalam perjalanan kali ini saya tidak sempat mengambil foto perjalanan dikarenakan sedang tidak membawa peralatan untuk foto, jadi terpaksa deh minta tolong teman untuk mengambil beberapa gambar.

Sabtu, 20 September 2014
Perjalanan kali ini saya ditemani teman - teman sejurusan, Teknik Perkapalan di salah satu PTN di Semarang, Universitas Diponegoro. Dikarenakan masih tingkat satu, kami harus menyelesaikan mata kuliah olahraga yaitu renang, dan tepatnya mata kuliah ini mengambil jadwal yang tidak lazim untuk anak kuliahan yaitu hari sabtu pukul 08.00WIB. Renang biasanya selesai sekitaran pukul 11.00WIB. Sepulang dari renang, kami 16 orang langsung menuju ke tempat persewaan outdoor untuk mengambil semua barang - barang yang sudah dipesan sebelumnya. Disuguhi teh dan snack, dipadukan dengan perut yang keroncongan setelah berenang menahan kami di persewaan untuk beberapa waktu, akhirnya kami pulang ke kost masing - masing dan berencana berkumpul di kost salah satu teman kami yaitu Gewa pada tepat pukul 14.00WIB. Kost milik Gewa adalah kost yang paling mantap karena kapasitas ruangnya yang dapat menampung kami semua ber 16.
Adzan Ashar pun berkumandang, beberapa dari kami yang beragama islam pun menyelesaikan kewajiban kami, tepat pukul 16.00WIB kami berangkat dari kost Gewa untuk briefing dan mengisi kendaraan di POM Bensin Undip. Dalam perjalanan kali ini, kebetulan kami menggunakan motor semuanya dikarenakan jarak yang tidak terlalu jauh, dan persiapan yang kurang matang mungkin.
(selfie di POM Bensin Undip)
Setelah ber-selfie-ria dan seluruh kendaraan siap, kami pun melanjutkan menuju basecamp Pos Mawar di kaki Gunung Ungaran. Sekitaran setelah adzan maghrib kami sampai di Pos Mawar. Dari sekian banyak pos yang menjadi basecamp, kami memilih pos mawar karena pos tersebut adalah yang paling sering digunakan oleh para pendaki. Perjalanan kami dari Tembalang-Bandungan-Pos Mawar terkesan lama karena di setiap penarikan tiket masuk kami turun dari motor dan berfoto - foto. Jujur, menurut saya ini memang gunung yang ditujukan untuk wisata, karena tiket masuk untuk motor yang kita lewati saja ada 2, dan dua pos tersebut hanya terpisah jarak sekitar 20m. Itu belum termasuk retribusi mendaki dari basecamp. Pada pos pertama kita dikenakan biaya Rp2.000 per motor, dan pos kedua sudah sepaket kami ber 16 sebanyak Rp20.000.
(pos retribusi kedua)
Sesampainya di basecamp Pos Mawar yang terlihat hanya parkiran motor dan penjual bakso tusuk dengan motornya, kami pun segera melakukan ibadah sholat bagi yang menjalankan dan istirahat sejenak sambil menikmati bakso kuah tusuk tersebut. Setelah urusan retribusi pendakian selesai kami pun segera berjalan, beberapa orang bilang beberapa langkah kedepan ada warung makan, kami pun berencana untuk mengisi perut sebentar. Ternyata pandangan kami tentang basecamp ini yang tadinya tentang basecamp yang hanya menyediakan parkiran berubah, beberapa langkah kedepan kami langsung melihat deretan tenda para campers yang memang berniat bermalam dibawah atau hanya ngecamp saja. Dibelakang tenda - tenda tersebut terlihat beberapa pondok yang menjual santapan yang pastinya menyita perhatian kami. Kami pun segera bergegas untuk mengisi perut agar perjalanan dapat dimulai tidak terlalu malam. Kebetulan anak dari ibu penjaga warung tersebut adalah perempuan sebaya kami, kondisi sosial di kampus yang mayoritas adalah lelaki memaksa kami untuk menetap sebentar di warung itu sambil bercanda ria dengan anak dari pemilik warung makan yang menjual RAMES, SOTO, INDOMIE, dan makanan lainnya itu. Sadar akan cepatnya waktu yang berjalan, akhirnya kami bergegas berdiri meninggalkan warung itu untuk briefing dan berdoa semoga selamat sampai tujuan. Tepat pukul 20.30WIB kami mulai mendaki.
Awalnya perjalanan kami terasa membosankan, jalur - jalur kebun yang kita lewati tidak memberikan kesan apa - apa apalagi dalam perjalanan malam. Namun sekitar beberapa menit dari kita mulai berjalan, kami menemukan sebuah sungai kecil yang mengalir tepat disamping jalan setapak yang kami lewati, inilah pertama kali kami istirahat. Tanpa diduga sebelumnya, trek setelah sungai kecil ini ternyata cukup curam, setidaknya tidak selandai sebelum - sebelumnya. Namun ternyata trek landai masih menemani setelah beberapa langkah trek curam tersebut kami lewati. Beberapa ratus meter kedepan, tampak keramaian orang - orang sedang istirahat. Ternyata di tempat tersebut ada bak untuk menyimpan air dan beberapa pendaki sedang me refill air mereka untuk perjalanan kedepan. Uniknya, di belakang bak tersebut ada sebuah pondok kecil yang disampingnya ada 2 pintu yang sepertinya awalnya digunakan untuk kamar mandi, dan di sebelahnya ada sebuah kolam mirip sekali dengan kolam renang, namun airnya sudah hijau pekat.
(ref: libregraphics.asia)
Setelah istirahat sejenak dan mengisi air, kami pun melanjutkan perjalanan, ternyata jika dilihat dengan seksama beberapa meter setelah bak air tersebut adalah rumah warga. Perasaan bingung pastinya muncul setelah melihat rumah - rumah tersebut. Ternyata jauh kedepan ada pertigaan yang jika kita lurus kita akan sampai di sudut lain lereng gunung. Satu - dua jam kami mendaki, sedikit demi sedikit trek mulai berat seperti pendakian pada umunya, entah kami yang sudah lelah atau memang treknya yang cukup berat. Beberapa kali kami istirahat sambil menikmati terangnya sinar rembulan yang pada waktu itu masih penuh dan suara gemresak angin gunung yang membunyikan pepohonan. Saya pun menyempatkan untuk bertanya dengan pendaki lain seberapa jauh lagi letak puncak. Jawaban yang saya dapat adalah jawaban klasik yaitu "sebentar lagi mas, ini sudah setengah perjalanan". Sekitar satu setengah jam dari puncak, ini dia trek yang saya sebut jalan iblis diatas. Trek inilah yang mengalahkan trek - trek dari gunung lain yang pernah saya daki. Tantangan dalam trek ini adalah kecuramannya, ditambah dengan semak dan pepohonan yang malang - melintang, ditambah lagi durasinya yang cukup lama, tidak seperti jalan menuju puncak pada gunung dibawah 2500mdpl pada umumnya. Jika dilihat, kecuraman trek ini seperti trek pada gunung lawu, namun bedanya di gunung lawu kita menemukan apa yang dinamakan tangga batu. Atau mungkin seperti perjalanan dari pos 2 menuju puncak merbabu jika kita melewati jalur Wekas. Trek inilah yang cukup menyita tenaga dan semangat kami. Beberapa dari kami hampir gugur karena patahnya semangat pada trek ini. Namun, sekitar pukul 12.00WIB suasana puncak mulai terasa. Hembusan angin yang langsung menyentuh tubuh mulai terasa. Namun, disini kami direpotkan kembali dengan fenomena alam yang biasa disebut "kabut".

Minggu, 21 Oktober 2014
Tepat pukul 00.00WIB kami sampai di puncak. Perasaan bingung, gelisah, dan panik langsung menghampiri kami semua. Ternyata di puncak sudah terpasang tenda - tenda dan tempat yang kosong hanya tanah miring berbatu dan jalan setapak. Ditemani dinginnya angin kencang yang menusuk kulit, dengan tergesa - gesa kami keluarkan 2 tenda doom kami dan segera memasangnya. Yap, satu tenda telah berhasil terpasang, beberapa dari kami langsung masuk dan menghangatkan diri. Namun, masalah sebenarnya ada di tenda kedua. Tenda kapasitas 10 orang ini belum pernah kami pasang sebelumnya. Yah namanya tenda sewaan, mana sempat kami mencobanya terlebih dahulu. Akhirnya dengan insting alamiah ingin segera menghangatkan diri dan pengalaman seadanya kami coba pasang bagian tenda satu persatu. Walaupun akhirnya terpasang dengan bentuk seadanya, kami sudah bersyukur bisa melindungi diri dari jahatnya angin puncak. Masalah kedua pun dialami para penghuni tenda ini. Perut yang kosong tak bisa membiarkan kami tidur pulas. Sementara makanan di tenda satu sudah jadi, bahkan sudah habis dan penghuninya sudah tidur semua, kami pun rela membuat api unggun ditemani dengan jahatnya angin puncak. Kompor gas dihidupkan, nesting dipasang, air dituangkan sampai penuh, berikut mie rebus kami kumpulkan dan jadikan satu dalam mendidihnya air dalam nesting tadi. Cukup asik survival di tempat yang seharusnya tidak survival ini. "Mangan ra mangan sing penting kumpul". Akhirnya satu per satu dari kami menyruput mie rebus tadi dipadukan dengan hangatnya minuman yang tidak jelas asalnya (entah energen, entah jahe, entah susu, yang penting anget). Dinginnya angin puncak pun memaksa kami untuk mendekatkan badan lebih dekat dengan api yang kami nyalakan dengan solar tadi. Tak peduli muka lengket karena minyak, muka bau karena solar, yang penting anget deh. Akhirnya sekitar pukul 02.00WIB kami menjelajah ke dunia mimpi.
Paginya, suara ramai bak pasar tumpah terdengar dari dalam tenda. Alarm manusia dari tenda sebelah juga sudah berkumandang. Ternyata matahari sudah akan menunjukkan batang hidungnya. Yah dengan mata beruang dan iler yang belum sempat jatuh kami pun bangun untuk menyelesaikan tanggungjawab kami melihat sunrise.
   (menjelang sunrise)


(detik - detik sunrise)

Setelah puas berfoto ria dan menikmati indahnya sunrise, akhirnya kami pun membongkar tenda kami dan berniat untuk segera turun. Sampah - sampah hasil survival kami pun kami bungkus untuk dibuang jikala nanti kami bertemu tempat sampah di bawah. Yang terakhir, jelas berfoto fullteam dahulu sebelum turun, dilanjutkan briefing turun, langsung tancap gas gaya parkur. Perjalanan turun kali ini akan ditemani tebalnya debu dari tanah dikarenakan teriknya matahari yang semakin membuat tanah disini kering. Konsekuensinya kami harus menutup minimal hidung dan mulut kami dengan apapun yang kami bawa.
(Tim Pendakian Ungaran September 2014, Naval Architecture 2014)

KAPAL KUAT!! KAPAL HEBAT!! KAPAL JAYA!!!

Pengalaman payah :
Disaat kami turun, saya, Rachmat, dan Andra bertugas menjadi sweeper. Kebetulan Rachmat membawa satu trashbag penuh berisi sampah yang dipacking sangat ringkas dan ditalikan ke backpacknya. Karena posisi kami sebagai sweeper, otomatis kami lebih santai dibanding teman - teman yang lain karena kami yang harus memastikan bahwa tidak ada satupun yang tercecer. Seperdelapan perjalanan pun kami lalui dengan lancar seperti turun pada pendakian biasanya. Namun, Setelah masuk ke trek iblis, ritme perjalanan semakin menurun. Saya dan Rachmat pun berniat menunggu sebentar karena kami tidak suka turun pelan yang notabene akan merasakan rasanya menahan badan dalam waktu yang lebih lama. Kami lebih suka lari sambil meloncat karena beban yang kami tahan lebih tidak terasa. Sementara Andra ikut turun menuntun teman - teman yang lainnya. Namun, sialnya, ketika kawan - kawan sudah jauh didepan, trashbag sampah yang dibawa Rachmat bocor. Kami berdua pun harus berhenti sejenak memikirkan bagaimana membawa sampah - sampah ini turun. Tak ada satupun dari kami yang membawa trashbag cadangan. Awalnya saya berniat untuk turun dan menanyakan ke yang lainnya apakah masih ada trashbag. Namun, solusi tersebut sepertinya akan memakan lebih banyak waktu. Sampah yang ada di dalam trashbag tersebut masih belum kompak. Sampah bungkus plastik dan botol air mineral yang masih berisi tercampur didalamnya. Akhirnya saya mengambil kresek apapun ukurannya dari dalam backpack saya. Walaupun hanya ada dua kresek ukuran kecil, kami coba memasukan sampah - sampah itu ke wadah kresek kecil tersebut. Dengan mendahulukan sampah bungkus plastik, ternyata cukup. Sekarang tinggal bagaimana membawa botol - botol air mineral tadi. Kebetulan, kami Naval Architecture memiliki cirikhas, yaitu tiap anak dari kami menggunakan gelang tali kur berwarna biru. Bukan bermaksud melecehkan esensinya, akhirnya saya lepas kepangan tali kur yang menempel di tangan kanan saya dan menalikannya ke botol - botol yang tersisa. Inilah ternyata kegunaan lain dari tali kur tersebut, seperti menggantikan fungsi dari webbing saja. Akhirnya kami berdua pun turun dengan cukup tergesa - gesa. Bahkan saking tergesa - gesanya kami berdua sempat salah jalan beberapa kali. Ternyata yang namanya mempertahankan ego ujung - ujungnya sial juga. Begitu sudah sampai di daerah perkebunan, masalah kami berduapun bertambah. Kaki saya keseleo. Awalnya rasanya sakit sekali seperti engkel rasanya. Saya hanya bisa meneruskan dua langkah kedepan dengan menyeret kaki saya dan memanggil si Rachmat yang sudah beberapa kaki di depan. Kami pun berhenti dan kaki saya relakskan terlebih dahulu dan sedikit dipijat - pijat oleh si Rachmat. Dengan tekad yang membara kami pun meneruskan perjalanan. Sesampainya di sungai kecil sebelum basecamp kami pun bertemu dengan teman - teman yang lainnya. Selesailah perjuangan kami berdua untuk turun.

(Trio Sweeper:(kiri) Andra, Saya, Rachmat)





Thursday 30 October 2014

Cara Packing Barang?

Hal yang paling dasar kita pikirkan sebelum travelling adalah "apa saja yang aku bawa nanti?". Ya, pertanyaan tersebut pasti akan terlintas dalam benak seseorang yang akan bepergian kecuali mereka adalah orang yang bisa dibilang tidak siap atau modal nekat.
                                                       ref: www.all-free-download.com

Bagaimanapun juga, manajemen barang bawaan sangat penting untuk menjalani hari - hari kita saat travelling nanti. Berada jauh dari rumah pastinya akan sangat menyiksa jika kita tidak mempersiapkan semuanya. Apalagi jika tempat tujuan travelling kita adalah tampat yang bisa dibilang terpelosok dan sulit untuk mendapatkan barang - barang dagangan seperti pada umumnya.
Pertanyaannya sekarang adalah, apa saja barang yang akan kita bawa? Bagaimana cara kita membawanya? Sebelum kita menuju ke manajemen packing barang, kita harus menentukan dahulu tas jenis apa yang akan kita bawa. Bisa travel bag biasa, tas carrier, backpack, koper, semua itu tergantung mana yang paling cocok untuk dibawa ke tempat tujuan kita. Untuk itu, survei dan cari referensi tempat yang dituju sangat diperlukan. Berikut akan diulas mengenai cara packing tersebut.

                                                              ref: www.pinkbike.com

Travel bag merupakan tas yang fleksibel jika kita akan bepergian ke kota - kota bahkan sampai ke desa pun tak masalah, hanya jika ke desa kita perlu memastikan ada transportasi yang memadai disekitar sana. Karena salah satu kekurangan travel bag adalah cara membawanya yang terlalu santai seperti layaknya koper. Bayangkan saja kita sedang bepergian ke desa - desa yang mungkin jalan di desa tersebut masih naik turun dan beralas batu, kita tak akan mungkin menyeret barang kita ataupun menentengnya. Jadi travel bag dan koper direkomendasikan ketika kita akan bepergian ke kota - kota saja. Dan diperlukan tempat menginap yang bebas pastinya. Sehingga kita tak perlu meneteng - neteng terus barang bawaan kita.

Bagaimana dengan Tas Carrier dan Backpack? Ini dia solusi dari semua masalah yang telah disebutkan dia atas. Kedua tas ini sangat fleksibel, apalagi untuk seorang traveller sejati. Perbedaan kedua tas ini hanya kapasitasnya, backpack hanya memuat barang - barang yang umum, sedangkan dalam carrier kita bisa memasukkan apa saja asalkan muat didalamnya. Kelebihan dari kedua tas ini adalah, kita tak perlu lagi membawa tas kecil, atau tas sekunder, namun boleh - boleh saja jika kita memang perlu. Karena kemanapun kita pergi, tas ini bisa kita bawa tanpa merepotkan kita sendiri atau orang lain. Mungkin karena kapasitasnya, tas carrier sedikit tidak nyaman ketika kita berada di keramaian, namun tas carrier sendiri sebenarnya tersedia dalam berbagai ukuran kapasitas, dari 20L sampai 100L. Jadi selesailah masalah kita dalam memilih tas mana yang akan kita gunakan.
Bagaimana cara packing yang benar? Sebenarnya tak ada kata yang salah dan benar dalam memacking sesuatu, semuanya tergantung pada manakah cara yang paling nyaman untuk kita bawa - bawa. Namun, pengalaman pasti akan mengajarkan kita untuk lebih bijaksana untuk kedepannya. Berikut adalah point - point umum yang sering dijalankan oleh para travellers:

1. Prioritas - Menempatkan barang - barang sesuai prioritas pemakaiannya
Ketika kita memasukkan barang ke dalam tas, pastinya barang akan saling bertumpuk ada yang diatas dan ada yang dibawah, apalagi jika kita menggunakan tas carrier yang notabene lubang ada diatas dan cara packingnya secara vertikal. Nah urutan prioritas harus kita gunakan disini. Menempatkan barang yang paling jarang digunakan (Biasanya barang yang kita gunakan untuk tidur, misal sleeping bag) pada urutan terbawah adalah hal yang paling aman. Karena jika kita mengeluarkan barang tersebut (misal ketika akan tidur) pastinya kita mengeluarkan barang - barang yang lain untuk keperluan kita sebelum tidur tersebut. Namun, jika kita hanya ingin mengeluarkan minum disaat kita haus, apakah kita harus mengeluarkan sleeping bag juga? Nah, itu pentingnya prioritas packing.

2. Manajemen beban dan volume
Cara yang paling nyaman ketika membawa tas adalah ketika kita membawa tas tersebut seperti membawa satu barang saja. Ya, seperti kita hanya membawa sebuah batu saja. Jadi kita tak perlu khawatir bagaimana jika kita jalan menanjak atau turun atau berlari barang - barang yang ada di dalam tas kita tersebut akan teracak - acak. Bagaimana caranya? Mudah, ingatlah satu point ini "Tempatkan semuanya dengan rapi hingga tak ada space kosong lagi". Hal tersebut akan mengurangi gonjangan yang timbul ketika kita tidak berjalan seperti biasa. Dan pastinya akan lebih nyaman karena kita hanya seperi membawa batu saja atau bantal mungkin agar pandangan kita lebih nyaman. Namun, jika kita mengisi tas kita sampai tidak ada space lagi, apakah kita harus membawa barang yang tidak diperlukan? Tidak, oleh karena itu kita harus bisa menentukan tas kapasitas berapa yang harus kita bawa. Selain manajemen volume tersebut, jangan lupakan juga manajemen beban. Maksudnya disini, kita tidak bisa asal dalam menempatkan semua barang agar bisa "padat" dan tidak ada space. Misalnya ketika kita membawa backpack atau carrier, kita tidak bisa menaruh semua air minum di bagian kiri, sedangkan bagian kanan hanya diisi baju ganti saja. Pastinya hal tersebut akan membuat beban kita terpusat di kiri. Dan ujung - ujungnya kita merasa tidak nyaman dan mudah lelah ketika kita membawa tas tersebut.

3. Be Creative and Safety
Yang terakhir adalah be creative and safety. Kreatif disini adalah bagaimana kreativitas kita dalam memacking barang - barang yang akan kita bawa agar lebih efisien. Misalnya membawa baju ganti dengan digulung. Hal tersebut akan lebih memadatkan lagi barang bawaan kita dalam konteks beban dan volume. Dan Safety disini adalah, kita tetap harus memperhatikan keamanan barang yang kita bawa. Misal kita akan membawa telur mentah. Kita harus memacking dengan aman seperti memasukkannya kedalam stoples yang diisi beras dahulu, baru memasukkannya kedalam tas. Atau mungkin barang - barang elektronik, atau mungkin baju. Hal yang paling utama dalam safety adalah Trashbag. Plastik besar tersebut bisa melindungi semua barang - barang kita dari air, semisal ketika tanpa disadari tiba - tiba hujan. Atau mungkin jika kita ingin lebih fleksibel lagi adalah dengan membungkus barang dengan plastik sesuai jenisnya. Misal baju dengan baju, makanan dengan makanan, dan seterusnya. Namun cara itu akan sedikit merepotkan ketika kita akan mengambil sebuah barang, kita harus memeriksa isi plastik satu per satu. Kesimpulannya safety adalah aman dari gonjangan, aman dari air, aman dari panas, dan apapun tergantung dari barang bawaan kita dan medan yang akan kita lalui nanti.

Saturday 28 June 2014

Tentang Travelling

Mungkin sedikit dari kita yang terbiasa berpergian. Karena waktu kita dalam sehari saja sudah banyak tersita oleh rutinitas kita. Keluar dari rutinitas kita, mungkin ada beberapa hal dimana kita berpergian, misal menjenguk sanak saudara di luar kota.
Apakah hal tersebut masuk ke dalam travelling? Pernahkah diri anda sendiri bertanya apakah aku pernah travelling? Sebenarnya banyak arti dari travelling. Namun masih tak keluar dari garis besarnya yaitu berpergian. Bisa setahun sekali, setahun dua kali, bahkan ada yang sehari - hari. Definisi travelling bisa bermacam - macam sesuai orang yang melakukannya. Cari arti konkritnya? Pasti ada, di wikipedia.com mungkin ada.
Menurut saya, travelling itu berarti "travel" yaitu berpindah dari suatu tempat ke tempat lain. Namun, apakah kita pergi ke sekolah, ke kantor, bahkan ke pasar termasuk travelling? Bisa saja. Bagaimana jika sekarang saya di Jogja, sementara saya ingin mengunjungi Pasar Tanah Abang di Jakarta. Emm, mungkin bisa ditarik kesimpulan. Travelling adalah berpindah dari suatu tempat ke tempat lain dengan tujuan tertentu.
                                                  ref:   http://travel.spotcoolstuff.com/

Wah, mau bahas arti travelling malah muter - muter tidak ada akhirnya. Ya itulah arti travelling, anda tahu sendiri di pikiran anda. Namun, mungkin yang akan saya bahas di blog ini tentang travelling dengan jarak yang jauh untuk mendapatkan sesuatu yang baru yaitu pengalaman yang mengesankan.
Di atas sempat disebutkan, travelling mempunyai tujuan tertentu. Jadi, bisa disimpulkan jika kita ingin travelling kita harus memiliki sebuah tujuan. Hal yang pertama kita lakukan adalah menentukan sebuah tujuan. Seperti "Setelah melihat foto di internet saya ingin sekali berkunjung ke tempat itu". Tujuan di otak sudah tertuliskan, langsung saja menuju tujuan tempat yang real. Kita berhak menentukan tujuan dengan bebas. Karena dibalik sesuatu yang belum kita ketahui, pasti ada banyak hal yang kita dapat. Satu yang perlu dicatat dari satu travelling ke travelling lainnya. "Jangan pernah mengulangi kesalahan yang sama". Bagaimana cara mencegahnya? Padahal kita belum pernah menginjakkan kaki di tempat baru tersebut.
1. Cari info dan referensi sebanyak - banyaknya tentang tempat yang akan kita tuju. 
Internet dan buku mungkin sumber referensi yang paling mudah kita temui. Namun, terkadang akan lebih berbobot jika kita menemui sumber dari orang secara langsung. Yang menjadi perbedaan adalah waktu terjadinya. Pastikan kita mendapatkan referensi yang valid dan terupdate.
2. Persiapkan semua hal yang diperlukan sesuai dengan survei kita sebelumnya.
Mulai dari peralatan - peralatan kecil, budget, makanan, dan kenalan. Bahkan kenalan pun bisa sangat penting. Jika kita bisa menemukan orang yang sudah kita kenal dan kita percaya. Berkuranglah resiko negatif yang menghantui kita.
3. Bangun mental yang baik
Dengan tujuan yang baik, pasti kita akan mendapatkan hasil yang lebih baik.
4. Selalu catat dan dokumentasikan perjalanan.
Semua makhluk hidup pasti diciptakan dengan keterbatasan. Tak mungkin kita mengingat - ingat semua hal yang kita temui. Mencatat dan mendokumentasikan perjalanan adalah hal yang paling berharga dari sebuah travelling. Dari situlah kita menjadikan perjalanan kita penuh dengan pengalaman, pengetahuan, dan pelajaran.

Saturday 2 November 2013

Journal is teacher

Welcome to my journal reports!

Blog ini dibuat sebagai media untuk menyimpan memori dalam sebuah kehidupan. Walaupun akhirnya memori tersebut mayoritas adalah kehidupanku, tidak ada salahnya kita share moment2 terpenting dalam hidup kita. Karena pelajaran terbaik adalah belajar dari sebuah pengalaman.